Mengenai Saya

Foto saya
Terlahir, tumbuh dalam atmosfir religiusitas yang terkontradiksi dengan materialisme dan rasionalitas.....

Selasa, 30 September 2008

the "Long Vacation"


Menulis dan menghidupkan kembali blog ini, seperti mengakhiri istirahat panjangku selama ini....Setelah cukup lama merenung mengucilkan diri di kehidupan "privat" dan "domestik", rasanya sudah waktunya kembali ke dunia publik...Dan Blog ini jadi pilihan ... Tadinya, ingin menulis kembali di Kompas atau media massa lainnya...meneruskan "tebak-tebakanku" tentang arah politik Jepang. Tapi karena masih malas dengan urusan "cerita-cerita besar" dan edit mengedit bahasa , maka aku pikir blog lebih mewakili untuk mengutarakan semuanya....
Karena toh akhirnya "cerita besar" itu dibangun dari kepingan-kepingan keseharian kita, yang kemudian dirangkum menjadi mozaik besar, dengan dibatasi bingkai-bingkai , yang entah bernama komunitas, kebudayaan ataupun kebangsaan .....
Untuk sebuah awalan, aku ingin bercerita tentang sebuah upacara tradisional di Jepang yang biasa disebut Matsuri. ..Salah satunya adalah yang satu ini,..HIKI YAMA MATSURI (曳山祭).. Sebuah upacara menarik kereta berhias untuk di "berkati" dikuil-kuil setempat. Upacara yang lahir dari kepercayaan sinkretik dan agama lokal ( animisme) setempat dilaksanakan musim gugur, yang merupakan musim panen tanaman dan buah-buahan di Jepang. Secara simbolik, upacara ini merupakan wujud bentuk syukur mereka terhadap hasil panen yang merka dapat. Salah satu bentuk kebudayaan agraris yang masih tersisa di raksasa industri yang bernama Jepang ini.

Ada puluhan mungkin, upacara sejenis ini di Jepang yang juga menggunakan nama dan bentuk yang sama...Salah satu yang terkenal adalah Danjiri Matsuri di daerah Wakayama, wilayah sekitar Osaka, yang pernah aku kunjungi 6 tahun yang lalu.
Tetapi kali ini , adalah di daerah Daimon, pesisir pantai utara kepulauan Honshu Jepang, atau yang lebih dikenal dengan sebutan daerah Hokuriku..Saking kecilnya matsuri ini, mungkin tidak pernah tercantum di buku pengenalan budaya jepang sekalipun.
Tidak seperti di Osaka, yang terkenal meriah dan energik... Kereta ini dibawah secara berlahan oleh para penariknya yang kesemuanya laki-laki memutari pemukiman penduduk setempat untuk disucikan di kuil, sambil meminta sumbangan sukarela ( kasihan juga yang dilewati ya..hi..hi..hi..)
Yang menarik dari Hikiyama matsuri di daerah Daimon ini adalah meskipun lahir dari kepercayaan lokal setempat, ornamen yang menghias kereta ini merupakan percampuran dari beberapa unsur kebudayaan dan kepercayaan. Seperti contohnya hiasan naga, phoenix dan dominasi merah yang mengindikasikan pengaruh budaya China, ataupun hiasan patung Chigo (anak laki2 pelayan Biksu ) sebagai bukti sinkretik dengan agama Budha.



Tetapi yang paling menari perhatian, adalah hiasan atap yang mengingatkan pada bentuk gunungan yang biasa ada juga dalam budaya jawa. Dari kanji yang dipakai dari kata Hikiyama sendiri bisa berarti "menarik gunung". Gunung sebagai simbolisasi sesuatu yang suci dan agung, ternyata menjadi akar juga dari kepercayaan kuno jepang. Di kepercayaan jawa kuno, kita juga menyucikan dan men"dewa"kan Gunung sebagaimana yang terefleksi dalam tumpengan ataupun sekaten . Mungkin sebagian dari orang Jawa, termasuk saya sendiri, telah lama melupakan dan tidak menyadari bahwa kepercayaan seperti itu pernah ada di tanah kelahiran kita. Mungkin inilah makna belajar Budaya...Menemukan kembali apa yang pernah kita punya, di keterasingan budaya lain...

1 komentar:

Elsa mengatakan...

Heh Kemana aja gak pernah muncul??
begitu muncul, dah punya blog. kapan launchingnya, aku gak dikasi tau! ck ck ck.....
so, apa kabar Sensei?